Friday, July 3, 2015

Catatan Bayi 19 Bulan

Bismillahirrahmanirrahiim

Lama nian nggak nulis apapun di sini ya, rekor banget dari dibikin baru 2 postingan *bersihbersih debu dulu, hihi...
Dulu kami buat blog ini untuk folder catatan perjalanan keluarga, niatnya mah biar ada jejak sederhana gitu. Eh tapii nggak lama setelah buat blog ini, jaringan net di rumah error. Wacana nyambung tinggal rencana, nggak jadi-jadi padahal udah ada kabel baru untuk sambungan internetnya. Terkuburlah niat itu bersama Aida yang makin sibuk kesana kemari. Hape pun nggak memadai untuk nulis dan posting. Padahal pengen banget nulis segala-gala. Segala-gala pengen ditulis. Yaa tapi gitu cuma pengen aja jadinya tanpa aksi *tutupmuka.

Sampai tiba waktunya Aida 18 bulan. Sebulan yang lalu, sih. 1 tahun setengah sudah kami mendampingi hidup anak kecil ini. Banyak yang pengen ditulis tentangnya, tapi berhubung momen 18 bulan (eh sekarang 19 deng ya -,-) biasanya jadi salah satu standing point, acuan tahap perkembangan anak, jadilah saya, mamanya yang baik hati dan rajin mengaji meski suka moody ini, tergerak -tergugah, halaah - untuk nyatet perkembangannya. Hitung-hitung bikin record untuk sejarah hidupnya yang akan semakin istimewa luar biasa Indonesia 🎉 😁

First thing first, berat (ehm, massa) tubuh Aida dan tingginya. Terakhir nimbang waktu ke dokter 2 bulan lalu -iya dua bulan lalu, heu- normal. Standar lah. Sekarang gimana? Duh, Mami belum sempet bawa kamu nimbang lagi ya, nak... padahal biasanya suka dinaikin aja kalau misal kita ke pasar atau tukang buah yang punya timbangan otomatis itu looh. Jadi sekalian belanja sayur dan buah sekalian nimbang bocah. :D itu duluu, sekarang Aida udah jauuh lebih aktif jadi agak susah diminta diam sebentar di atas timbangan. Yang ada kalau kita belanja die ikutan sibuk ambil barang sendiri hehe...
Kalau perkiraan, sih, sepertinya masih normal. Sampai lah angka 11 mah, semoga bener ya Nak *pukpukAida. Untuk anak umur setahun ke atas yang udah mulai jalan memang berat suka stagnan ya, susaaah banget naik. Sesusah nawar barang belanja di pasar *apasih emak-emak inii

Next, perkembangan motorik kasar dan halusnya. Alhamdulillah jalan udah lancar, dari 11 bulan sudah menjelajah rumah. Lagi belajar lari dan loncat. Sekarang sudah bisa naik beberapa anak tangga sendiri, turun baru bisa satu-dua. Masih tahap diajarin bahwa untuk naik-turun bisa pegang dinding atau besi kalau ada. Kalau ada Baba, hobinya latihan naik tangga langsung satu langkah satu anak tangga (as we adult do), bukan yang satu tangga berhenti dua kaki lalu baru naik gitu yang versi anak-anak. Si papi mah nyebutnya naik tangga Montessori, sebab kabarnya di sekolah bermetode Montessori, sang guru sampai bisa mengetahui tipe anak dari naik tangganya. Biasanya anak yang naik tangga satu kaki satu anak tangga lebih cepat proses penyerapan belajarnya daripada anak yang menyetop dua kaki di setiap satu anak tangga. Ah embuhlah ya, saya mah masih awam pisan tentang Montessori ini teh...

Hobi lain, naik sepeda. Dari baru bisa naik terus minta didorong, sampai akhirnya baru-baru ini sudah bisa menjalankan sepeda pakai kakinya sendiri. Bukan nggowes ya, sebab Aida masih geli sama tekstur pedal sepedanya yang bergerigi jadi nggak pernah mau taruh kaki di pedal. Jadi ala dia ya kakinya jalan di lantai langsung. Lumayan laah, kami bisa menyimpan tenaga yang biasanya dipake mendorong dia. Tinggal belajar turun sendiri dari sepeda, aslinya sih, bisa. Tapi berhubung ada satu-dua kali pengalaman jelek jatuh atau nyangkut pas turun sendiri jadi suka minta dipegangin kalau mau turun. Boleh kok Nak, dengan senang hati Mami tinggalkan cucian pun masakan demi kamuu 😚

Untuk motorik halusnya, masih latihan pegang pensil yang baik dan benar. Sambil latihan memasang stiker label bulat yang sudah Mami warnai di kertas bergambar, yang ujungnya pasti ditempel di pipi.

Untuk perkembangan bahasa, bersyukur sekali Aida rajin bicara, meski kadang suka harus tahan sabar pas lagi buru-buru, masak misalnya, dan ada bocah yang sibuk mengulang, "Apa ini? Ini apa? Apa ini? Ini apa?" Atau minta dilibatkan walaupun sekedar lihat bahan yang lagi dimasak di atas kompor. Oh oh sungguuhh...

Perkembangan bahasa ini biasanya agak sejalan dengan kemampuan mengekspresikan keinginan ya. Jadi dari sekarang mulai dibiasakan, kalau ada kemauan apa upayakan agar diungkapkan lewat bicara. Berlaku buat anak dan orangtua. Buat anak, berarti belajar mengungkapkan kata dan cukup meminimalisir tangisan plus tantrum. Sebab katanya, salah satu faktor pemicu tantrum adalah kekurangmampuan menyatakan keinginan yang akhirnya berujung pada respon yang tidak sesuai. Anak maunya a, kita pahamnya b. Akhirnya lebih milih nangis karna belum mampu mengungkapkan lewat jalur lain. Kalau tantrum karena keinginan nggak dipenuhi beda judul yak, hehe...

Buat orangtua, artinya ketika menginginkan anak melakukan atau menghindari sesuatu sebisa mungkin diungkapkan dengan jelas. Bukan cuma "Jangan ditumpahin. Ambil ini. Kok gitu sih?" Merujuk prinsip komunikasi efektif gitu, make it simple clear and clarify. Misal, mau melarang ya dijelasin kenapa, terus juga jelasin seharusnya bagaimana. We did try, and always trying. Resikonya satu sih, jadi lebih puanjaang kan ya... "Sepatunya kenapa disebar-sebar, Nak? Boleh sepatunya dipakai kalau kita nanti mau pergi ya. Sekarang sepatunya biar di rak aja. Biar kotorannya nggak kemana-mana. Aida bisa bantu Mama taruh lagi ke rak ya?", nah jadi panjang kan? 😇
Huhu jadi judulnya siapin aja tenaga berkata-kata lebih. Apalagi kalau ditambah nahan intonasi saat emosi udah mendidih, beuh lengkap dah tuntutannya 😢 #curcol

Yang terbaru ini, bocah lagi hobi bicara pakai imbuhan. Baru kenal kayaknya sama imbuhan dan kata 'aja'. "Gendong aja. Mau dong. Bobok-an. Tuuh kan panas kaan?" *iya kalau yang terakhir emang niru emaknya kali ya 😅

Tentang kerajinan Aida ngomong ini, sempet bikin kita ketawa sambil nggak enakan. Jadi ceritanya di mobil coaster perjalanan pulang tarawih di masjid Indonesia-Cairo bersama rombongan mahasiswa, di samping kami duduk seorang mahasiswa yang agaknya ngantuk berat. Maklum, selesai tarawih plus perjalanan yang nggak dekat. Aida mulai ngoceh, "Ammu ini ammu," katanya. Ammu adalah panggilan buat laki-laki yang lebih tua, arti harfiyahnya paman. Kami mengangguk mengiyakan. Tetiba Aida mulai lagi, pas banget si ammu itu merem dan senderan ke jendela. "Ammu bobo. Ammu bobo, ya?" Si ammu langsung terang terkejut, malu  tengsin gimana kali yaa sampai akhir perjalanan nggak tidurrr. Mana nggak sekali dua kali bocah ngomongnya 😂

Tentang self-help dan kemandirian, sejauh ini masih suka latihan makan sendiri, udah lebih lancar dan berkurang berantakannya sedikit. Kecuali lagi mau tuang tuang sembarangan, udah lah very messy. Minum air sendiripun bisa, dan udah terlatih pakai gelas kaca. Tentu tetap pakai arahan standar emaknya; "Dua tangan ya Da ya. Bismillah" dan dia jd lebih berhati-hati, meski kalau lagi pake gelas plastik suka ngasal aja taruh dan pegangnya. Tau kali ya itu kaca bisa pecah :D Selain makan & minum sendiri, Aida bisa diminta tolong ambil handuknya sendiri plus buang diapers bekas pakainya ke tempat sampah. Untuk beberes mainan, ngerti sih biasanya dikembalikan ke tempatnya. Tapi prakteknya back to mood dia aja hehe...
Juga praktek shalat bareng dengan ala dia sendiri, plus lipat gulung sajadah lalu taruh di tempatnya. Yeah, makin besar kamu makin mandiri ya, Nak... sampai kadang bikin Mami-Baba kaget sendiri, misal tiba-tiba udah pake sendal Baba keliling. Atau milih baju dan sepatu sendiri yang mau dipakai pergi. Rasa-rasanya we just met you were a baby, yesterday. Di balik senang melihat anak makin mandiri, pasti terselip sedih -sedikit sih, tapi agak banyak #lahh- menyadari semakin hari semakin berkurang kebutuhannya pada orangtua. Ngaku deh para ibu - bapak, ya kan ya kan?

Oya, last, notes buat orangtuanya alias saya dan suami:
● lanjutkan pembelajaran tentang rasa malu dan aurat. It really works! Sekarang bocah kecil ini udah ngerti kalau ada bagian yang harus ditutup, malu kalau dibiarkan terbuka, "aiiib", katanya. ('Aiyb versi logat mesir ungkapan aurat dan rasa malu)
Kenapa? Karena kami cukup -sangat- ngeri liat fenomena jaman sekarang. Pedofil, free sex, lain lain yang sudah diketahui bersama dah...
● kontinyu ajak main dan buat momen bermain bersama. Catet ya, main bersama! Bukan pas anaknya main kita sibuk poto2 hehe, nanti judulnya ganti sesi pemotretan, lama-lama ngalahin studio sebelah XD
● prepared environment, is a must! (ps: always with affordable things, judulnya emak irit yeuh)
● Siap-siap stok sabar seluas samudera tujuh rupa, karena makin besar makin banyak keunikannya *iyaa uunniiikk -sambil gigitsendok*
● paling utama, keep in touch sama Pencipta-Nya, Pemilik Aslinya. Doa tak putus ; Ya Allah jadikan kami dan keturunan kami hamba penuh taqwa dan pemimpinnya, serta kumpulkan kami dalam kekal di syurga-Mu ya Rabb..

Sebelum mengakhiri tulisan puanjang ini, spesial thanks to Aida, lil princess yang sudah membuat kami terus belajar banyak tentang hidup dan kesyukuran. Kita sama-sama belajar ya Nak, sama-sama bertumbuh, dalam dekap semesta, menjadi sebaik hamba-Nya.

Cairo. July 2015.
We are super team and always do♡ 💟

Tuesday, March 25, 2014

25 Maret

Yap. Tepat hari ini tanggal 25, umur Aida genap 4 bulan.
Berarti, hari ini jadwal Aida nimbang berat badan. Papi dengan rajinnya udah ngingetin dari kemarin, "besok Aida ditimbang ya mam, jangan lupa..". Demi memantau perkembangan si cantik shalihah ini, awal bulan umurnya memang sudah jadi jadwal paten timbang berat badan. Selain timbang berat badan, juga ada jadwal baca buku perkembangan bayi sesuai umurnya. Maklum, orangtua baru macam kami ini dituntut banyak memperkaya referensi, belajar banyaaak tentang hidup berkeluarga dan perkembangan anak. Eh, bukan maksudnya kalau sudah lama jadi orangtua nggak perlu belajar lagi yaa, tapi seyogyanya kalau anak baru kan porsi belajarnya jauh lebiiih banyak dari yang sudah lama berpengalaman. Sebab bagaimanapun, belajar itu long life, cuma aja kalau sudah lamaa mungkin pengetahuannya sudah teramu dengan pengalaman jadi sudah lebih matang.

Aih, kenapa jadi kemana-mana ya?
Sebenarnya, saya juga bingung mau nulis apa sekarang. Banyak tema yang berkecamuk di kepala, sebanyak pekerjaan yang menumpuk di luar kepala :D, tapi kepikiran aja kemarin si Papi sempat nyeletuk, gimana itu nasib blog kita ya?, akhirnya saya sempatkan curi waktu sambil nunggu mesin cuci bilas baju-baju, menjenguk sebentar blog baru ini. Dan akhirnya, saya memilih nulis random, celoteh ringan ajalah. Daripada bahas pesawat MH... yang endingnya resmi dinyatakan jatuh di lautan, yang ujung-ujungnya kalau terlalu serius cucian bisa jadi nggak selesai dan rumah stay berantakan :|  

hmm, balik ke bahasan di ataas sana, berapa ya berat Aida sekarang, di usianya yang genap 4 bulan ini? kalau dari artikel-artikel yang beredar sih, katanya mulai bulan ke-4 ini orangtua harus rutin kontrol timbangan anak, sebab 4 bulan ke atas si bayi kecil nan mungil sudah mulai aware, ngeh dengan sekeliling dan mulai banyak gerak bermain. Jadi, untuk memastikan pertumbuhannya baik, rutinlah periksa berat badan, buang air kecil dan buang air besarnya. Berat badan memang bukan indikator satu-satunya, tapi cara mudah melihat pertumbuhannya adalah lewat berat badan itu. Nggak perlu harus di titik teratas berat badan bayi seumurnya, cukup pastikan berat si kecil nggak di bawah berat standar, cukup dengan pastikan berada di garis hijau KMS.

yosh, Waktunya menjemur, lalu siap-siap untuk jadwal ngajar sore ini. Mata saya agak berat sebenarnya, biasanya setelah Papi berangkat kerja, saya nyelipiin waktu qaylulah sedikit buat nambal tidur malam atau pagi yang tergadaikan hehe.. Tapi sekarang udah keburu zuhur euy. Yasud, marketmon, mari kita kemon beberes deh.. *emot orang lari mana ini emoot* B)

~menumpuk doa spesial Aida hari ini ; qurrata a'yun.